Suatu ketika, demikian menurut riwayat Suwaid bin Ghaflah, Ali mendapat kesusahan. Fatimah pun datang ke tempat Rasulullah. Ia mengetuk pintu. Rasulullah berkata, “Aku mendengar suara kecintaanku di depan pintu. Wahai Ummu Aiman, bangunlah dan lihatlah.”
Ummu Aiman membukakan pintu untuknya, dan Fatimah pun masuk. Rasulullah berkata kepadanya, “Engkau datang kepada kami pada waktu yang tidak biasanya.”
Fatimah pun bertanya kepadanya, “Wahai Rasulullah, apa makanan malaikat di sisi Allah?”
“Bertahmid (memuji Allah),” Jawab Rasulullah.
“Apa makanan kita?” Tanya Fatimah lagi.
“Demi Allah, tidak pernah api menyala selama sebulan penuh pada keluarga Muhammad. Maukah Engkau aku ajarkan lima kalimat yang Malaikat Jibril ajarkan kepadaku?” Tanya Rasulullah.
“Wahai Rasulullah, apa kaliamt itu?”
Nabi pun menjawab: “Yaa Rabbilawwaliina Wal-akhiriina, Yaa Dzalquwwatilmatiina, Wa Yaa Raahimalmasaakiini Wa Yaa Arhamar-rahimiina” (Wahai Tuhan orang-orang terdahulu, Tuhan orang-orang kemudian, wahai Pemilik kekuatan yang kokoh, Wahai Pengasih orang-orang miskin, Wahai Yang Paling Pengasih dari yang Pengasih.”
Lalu Fatimah pun pulang. Ketika Ali melihatnya, ia bertanya, “Bagaimana hasilnya, wahai Fatimah?”
“Fatimah menjawab, “Aku pergi untuk mendapatkan dunia dan pulang dengan membawa akhirat.”
Lalu Ali berkata kepadanya, “Kebaikan di hadapanmu, kebaikan di hadapanmu!”
Suatu hari, Rasulullah saw menjenguk Fatimah yang sedang sakit kepala. Beliau bertanya kepadanya, “Anakku, bagaimana keadaanmu?” Fatimah menjawab, Aku benar-benar sakit kepala, dan bertambah sakit karena aku tidak memiliki makanan yang dapat aku makan.” Maka beliau berkata, “Tidakkah kamu senang bahwa kamu adalah pemimpin wanita di seluruh alam?
Abu Ja’far mengatakan, “Fatimah mengadu kepada Rasulullah tentang Ali. Ia mengatakan, “Wahai Rasulullah, tidak tinggal sesuatu pun dari rizkinya melainkan ia bagi-bagikan kepada orang-orang miskin.” Maka Rasulullah berkata kepadanya, “Wahai Fatimah, apakah engkau marah kepada saudaraku dan anak pamanku. Sesungguhnya kemarahan dia adalah kemarahanku, dan kemarahanku adalah kemarahan Allah.”
Pada suatu hari, Rasulullah datang ke rumah Fatimah lalu bertanya, “Mana anak-anakku Hasan dan Husain?” Fatimah menjawab, “Pagi ini tidak ada sesuatu di rumah yang dapat dicicipi, sehingga Ali mengatakan, ‘Saya akan pergi dengan keduanya ke rumah seorang Yahudi.” Rasulullah pun pergi ke tempatnya. Beliau mendapati keduanya sedang bermain, sedang di tangan mereka terdapat sisa kurma. Belaiu berkata, “Wahai Ali, mengapa engkau tidak menyuruh pulang keduanya anakku ini sebelum mereka sangat kepanasan?” Ali menjawab, “Pagi ini tak ada sesuatu pun yang kami miliki di rumah. Bagaimana jika engkau duduk dulu, wahai Rasulullah, sampai aku mengumpulakan buah untuk Fatimah?” Ali menimba air untuk seorang Yahudi, dimana untuk setiap timba ia mendapat sebutir kurma. Setelah terkumpul baginya sejumlah kurma, ia pun kembali ke rumah.”
Imran bin Hushain mengatakan, “Aku pernah bersama Rasulullah yang sedang duduk. Tiba-tiba Fatimah tampak kekuning-kuningan dan pucat karena sangat lapar. Lalu beliau berkata, “Mendekatlah Fatimah!” Fatimah pun mendekat. Beliau berkata lagi, “Mendekatlah, Fatimah!” Fatimah mendekat sampai berdiri di hadapannya. Kemudian beliau meletakkan tangannya di atas dada Fatimah di tempat kalung sambil merenggangkan jari-jarinya. Setelah itu Beliau berdoa, ”Ya Allah yang mengenyangkan orang yang lapar dan mengangkat orang yang jatuh, janganlah Engkau laparkan Fatimah binti Muhammad.”
Imran mengatakan, “Lalu aku memandangnya. Darahnya tampak kembali di wajahnya dan hilanglah kekuning-kuningannya.”
———
Sumber Bacaan: Ibrahim Amini, “Fatimah Az-Zahra: Wanita Teladan Sepanjang Masa”, Penerbit Lentera Jakarta. http://dwipo-azzahra.blogspot.com
Sumber: imamchannel.wordpress.com
No comments:
Post a Comment